Tuesday, September 19, 2017

Geevv Search Engine Karya Mahasiswa Indonesia


Beribu-ribu kilometer dari Mountain View, seorang perempuan muda yang masih duduk di bangku kuliah Universitas Indonesia bernama Azka Slimi bermimpi dapat memberdayakan kaum marjinal yang kerap ia temui. Mimpi itu membawa Azka yang baru berumur 21 tahun itu terlibat dalam sejumlah kegiatan yang berfokus kepada isu sosial dan lingkungan. 

Geevv adalah sebuah startup yang didirikan oleh mahasiswi Universitas Indonesia bernama Azka A. Silmi dan rekannya, Andika Deni Prasetya. Mulai beroperasi sejak tanggal 26 September 2016, Geevv menghadirkan layanan yang benar-benar mirip dengan sebuah mesin pencari. Kamu bisa memasukkan berbagai kata kunci (keyword) dan menemukan hasil pencarian yang terkait dengan kata kunci tersebut.

Serupa dengan mesin pencari lain, Geevv juga melakukan monetisasi lewat iklan. Kamu bisa memberikan sejumlah uang kepada Geevv untuk menampilkan tautan tertentu, yang nantinya bisa dilihat oleh para pengguna yang melakukan pencarian di platform mereka.

Yang membedakan Geevv dengan mesin pencari lain adalah konsep sosial yang mereka usung. Sebanyak delapan puluh persen dari keuntungan yang mereka dapat akan diberikan kepada beberapa mitra program sosial yang dapat dipercaya. Itulah mengapa mereka menyebut diri sebagai social search engine.

“Saat ini, sudah ada 25 pihak yang meminta iklan mereka dipasang. Namun baru tiga iklan yang benar-benar tayang, itu pun masih orang-orang kenalan dekat,” tutur Azka kepada Tech in Asia Indonesia.

Dari uraian di atas, sekilas tampak kalau Geevv benar-benar merupakan mesin pencari seperti Google, dan memang murni karya anak bangsa. Sayangnya, kenyataannya tidak seperti itu.

Geevv sebenarnya merupakan sebuah layanan yang membeli Application Programming Interface (API) dari mesin pencari buatan Microsoft, yaitu Bing. Karena itu, apabila kamu melakukan pencarian di Bing dan Geevv, hasilnya akan sama. Dan jelas, Bing bukanlah mesin pencari karya anak bangsa.

Hal ini diakui sendiri oleh sang founder, Azka. “Membangun indeks dan mesin pencari sendiri tidak mudah dan murah. Setelah menimbang-nimbang, sembari kami menyiapkan “spider” sendiri, pilihan yang murah adalah dengan membeli API dari Bing,” ujar Azka.

Konsep memadukan fungsi pencarian dan fitur donasi yang dibuat Geevv pun sebenarnya telah dilakukan oleh sebuah startup asal Jerman yang bernama Ecosia. Serupa dengan Geevv, hasil pencarian di Ecosia juga berasal dari mesin pencari Bing.

Meski begitu, Ecosia saat ini telah bekerja sama dengan Bing dalam hal pemasangan iklan. Oleh karena itu, semua iklan yang mereka pasang berasal dari agen iklan Bing, dan mereka pun mendapatkan sebagian keuntungan dari hasil pemasangan iklan tersebut.

Hal inilah yang belum dilakukan oleh Geevv, setidaknya untuk saat ini.


Source : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161031115044-185-169044/geevv-mesin-pencari-dengan-misi-sosial-buatan-mahasiswi-ui/

Share:

Senjata Perang Sistem Otomatis Karya Mahasiswa UNTAG


Achmad Zainuddin, seorang mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Jawa Timur, berhasil menciptakan senjata perang bersistem mobile robot pengendali yang berbasis mikro kontroler disertai pengindraan. Ada dua komponen penting dalam senjata tersebut, kamera mini bertugas sebagai penginderaan, dan mikroprosesor berfungsi sebagai otak penggerak yang bekerja secara otomatis.

"Senjata perang dengan sistem robot ini dapat mengontrol gerak-gerik musuh dari kejauhan. Bahkan bisa melumpuhkan musuh. Jadi sangat cocok sebagai senjata perang," ujarnya, saat mempraktikkan senjata hasil rakitannya di Untag, Selasa (11/8/2015).

Zain menjelaskan, senjata jenis robot itu bisa bergerak ke segela arah. Pasalnya, senjata itu diimplementasikan dengan komponen-komponen seperti motor servo. "Jadi senjata robot itu digerakkan oleh sebuah mikro kontroller atmega 328 yang diakses dari jarak jauh menggunakan Control Joystick wireless," katanya.

Senjata tersebut cukup canggih. Selain dapat mengintai musuh dari kejauhan, senjata tersebut dilengkapi dengan Kamera mini SJ camp yang berfungsi untuk medeteksi objek sasaran yang akan dibidik tepat sasaran.

"Kolaborasi Mikrokontroler Atmega 328, Camera, Motor Servo menjadi sebuah Robot karena dapat memberi nyawa pada sebuah alat mekanik yang dapat melakukan tugas fisik, baik menggunakan pengawasan dan  kontrol manusia," katanya.

Mahasiswa jurusan Teknik Informatika ini megaku telah merogoh kocek Rp6 juta untuk merakit senjata robot tersebut. Dia membutuhkan waktu enam bulan untuk menyelesaikannya.

Menurut dia, senjatan buatannya itu sangat cocok untuk digunakan dalam menjalankan tugas yang berat, berbahaya, pekerjaan yang berulang dan kotor.

"Robot ini sebenarnya cocok untuk militer. Alat kontrol bisa dikendalikan dari jarak jauh ini sengaja kami desain untuk keperluan militer," katanya.

Output dari alat ini dapat menembakkan proyektil dengan sasaran yang telah ditentukan tanpa bersusah payah memegang senapan. Senjata tersebut sengaja dibuatnya bertujuan untuk menggantikan sistem penggunakan senjata yang awalnya manual menjadi berbasis mikrokontroller yang lebih canggih dan efektif.

"Saya berharap dengan aplikasi ini suatu pengendalian senjata dalam bidang militer lebih berkualitas," katanya.

Kelebihan robot senjata karyanya ini bisa mendeteksi target secara otomatis. Robot juga secara otomatis mengarahkan sasarannya dan bisa berputar 140 derajat. Bahkan robot senjata ini bisa mendeteksi target yang bergerak. Karena itu, robot senjata ini bisa dimanfaatkan sebagai senjata antirudal. Robot ini bisa mendeteksi rudal dan menembaknya lebih dulu sebelum rudal mengenai sasaran.

Cara kerja robot senjata seberat 5 kg ini, ujar Yazid, pertama-tama robot akan mengambil gambar target melalui web cam. Setelah itu, gambar yang sudah didapat diolah atau dibaca oleh program di komputer. Setelah dapat dibaca, sistem akan mengarahkan senjata ke target tersebut. Lalu, secara otomatis kokang senjata akan bergerak untuk menembak target.

Meski sudah cukup bagus dan mendapat apresiasi dari juri di ajang Indonesia ICT Award (INAICTA) 2012 dengan meraih medali emas pada September lalu, robot senjata otomatis ini masih memiliki kekurangan, yakni belum bisa membedakan kawan dan lawan. Ke depannya ia akan membuat program tersebut agar bisa mendeteksi target yang seharusnya.


Source : http://news.babe.co.id/3928436

Share:

Robot Pemadam Kebakaran Karya Mahasiswa Indonesia Yang Mendunia


Tim Robotik Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang menyabet gelar juara umum pada kontes robot internasional di Oosting Gymnasium Trinity College Ferris Athletic Center, Hartford, Amerika Serikat. Ajang Trinity College International Fire Fighting Home Robot Contest tersebut diselenggarakan pada 2-3 April kemarin.

Tim tediri dari tiga anggota robotik, ketiga mahasiswa tersebut adalah Faizal Aminuddin Aziz (22), La Ode Muhamad Idris (21), dan Ahmad Zuhri (21). Mereka juga tergabung dalam tim Robotik Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Unissula.

Faizal dan kawan-kawan akan membawa beberapa robot pemadam api karya mereka dalam ajang yang diikuti wakil delegasi sejumlah negara itu. Mereka menjadi satu-satunya tim yang mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi itu.

Faizal, ketua tim robotik Unissula mengatakan, dalam ajang itu, timnya sengaja membawa empat robot yang didesain khusus untuk pemadaman api atau kebakaran. Masing-masing robot pernah menjuarai ajang robot tingkat regional dan nasional.

"Kita sudah persiapan sejak bulan Oktober 2015. Dulu menang tingkat nasional karena dinilai paling cepat, simpel, dan irit biaya," kata Faizal di Semarang belum lama ini.

Kategori itu masing-masing juara I untuk Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) Berkaki, dengan nama D’Avicenna 1,7 mengalahkan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (juara II) dan UGM juara III. Tim ini sekaligus meraih Best Strategy. Sedangkan tim dengan kategori Kontes Robot Sepakbola Indonesia (KRSBI) Beroda, yang diberi nama Unissula Robotik Team (URT) Robo Soccer (Roso) meraih juara II, di bawah tim Universitas Negeri Yogyakarta yang juara I, sedangkan juara III diraih UKSW Salatiga.

Ia menyebutkan, empat robot yang akan terbang ke Amerika masing-masing jenis beroda dengan nama Khaum 1 dan Khaum 2. Dua robot pemadam api lain jenis berkaki yang diberi nama Sultan Agung 1 dan Sultan Agung 2.

"Saat dapat juara nasional, bisa menang karena robot ini memiliki respons paling cepat dalam aksi memadamkan api di rumah," kata Faizal. Robot-robot itu akan beraksi di Amerika dengan melakukan berbagai simulasi pemadaman api, seperti aksi cepat mencari titik api di ruangan sekaligus memadamkan, aksi menuju ruangan berapi dengan dihadapkan beberapa rintangan hewan maupun perabot rumah, serta robot yang beraksi mengevakuasi bayi ketika kebakaran terjadi.

Khusus robot penyelamat bayi, kata Faizal, robot yang digunakan didesain khusus menggunakan roda. Sistem pemadaman api dengan menyemprotkan air dan sistem hempasan angin. "Jadi kita buat khusus sesuai peraturan lomba. Kami sengaja buat robot-robot ini lebih ringan dan program yang bisa cepat," ujarnya.

Banyak kendala yang dialami tim baik selama persiapan maupun pada saat menjalani lomba di Amerika. Salah satu kendala yang paling berat adalah perubahan rule atau peraturan lomba yang mendadak membuat kesiapan menjelang lomba menjadi terganggu. Bahkan sehari menjelang lomba ada perubahan peraturan baru sehingga robot yang sudah dibuat harus diseting ulang dan bahkan tim sempat kesulitan untuk mendapatkan komponen," kata Idris lewat pesan email, Senin (4/4/2016).


Source : https://news.detik.com/berita/3179413/4-robot-pemadam-kebakaran-buatan-mahasiswa-semarang-ini-jadi-juara-di-as

Share:

Robot Tank War-V1 Karya Masiswa ITS


Penemuan ini asli karya mahasiswa Indonesia yang percaya bahwa TNI AD bakal mengalami kemajuan di bidang pertahanan dan keamanan jika menggunakan WAR-V1 rakitannya tersebut.

Adalah Bachtiar Dumais Laksana (23), mahasiswa Institut Teknologi 10 November (ITS) yang sudah mengembangkan teknologi di bidang pertahanan dan keamanan (hankam), terlebih khusus pada kendaraan lapis baja untuk bertempur di medan perang alias Tank Baja. Bersama dengan rekannya, Adhitya Whisnu Pratama dan Muhammad Iqbal, untuk pertama kalinya mereka merancang kendaraan taktis mini tanpa awak.

Tank robot yang dikendalikan lewat remote control ini memang belum diproduksi massal dan masih berupa purwarupa. Namun jika benar direalisasikan untuk kepentingan industri, Tank Robot ini diberi nama WAR-V1.Tank ini bisa dikendalikan dari jarak tertentu dan nggak membutuhkan awak. 

Karya anak bangsa ini asli buatan mahasiswa Indonesia yang percaya bahwa TNI AD bakal mengalami kemajuan di bidang pertahanan dan keamanan jika menggunakan WAR-V1 rakitannya tersebut.

Untuk mendukung produktivitasnya, tiga mahasiswa jurusan Elektro, Fakultas Teknik ITS ini tengah mendirikan perusahaan bernama BDL-Tech. Berbekal latar belakang pendidikan di bidang elektro itulah, ketiganya nyambung dan percaya diri untuk mengembangkan hobi yang sama di bidang militer. BDL-Tech membuat beberapa teknologi militer lainnya dimana sebagian produk mereka sudah dilirik pihak Batalyon Kavaleri 8 Divisi Infantri 2 Kostrad di Bandung dan Kodam I/Mulawarman di Balikpapan.

Bertindak sebagai direktur utama, Bachtiar mengaku timnya sudah mengerjakan proyek ini selama satu tahun lebih. “Kira-kira 13 bulan. Lengkap dengan desain, mekanik, rancang kendali elektronis. Kami memang kebetulan dari awal mau menyusun perusahaan yang bergerak di bidang hankam dan pendidikan," ucapnya lagi.

Jika melihat secara detil, Tank WAR-V1 punya kelebihan seperti penggunaan mesin hybrid yang dikenal ramah lingkungan, serta bila ditambahkan pelontar roket dan granat maka system persenjataan Tank WAR-V1  akan semakin lengkap sudah.

Meski begitu, bachtiar mengungkapkan udah ada beberapa pihak yang mau mensponsori tank buatannya. Tank ini juga akan menjadi bekal untuk menyelesaikan skripsi. "Ini ada beberapa bagian saya ikutkan untuk judul skripsi, kalau lolos Kemenhan rencananya ada pengucuran dana, dari menhan mungkin turunnya ke dikti," pungkasnya.

Share:

Keren, Charger Ponsel Pintar Tanpa Listrik ala Mahasiswa UGM



Temuan yang satu ini memungkinkan orang mengisi daya baterai ponsel pintarnya tanpa listrik. Chas Cha Sun namanya, diciptakan oleh tiga orang mahasiswa Teknik Fisika UGM. 

Yofrizal Alfi, Marwan Muansher, dan Norwenda Tri Harnas mengembangkan inovasi teknologi photovoltaic sebagai alternatif pemenuhan energi untuk ponsel pintar. Chas Cha Sun didesain sederhana dan portabel, yakni menggunakan photovoltaic dengan dimensi relatif kecil dan disatukan lewat engsel sehingga bisa dilipat dan dapat dibawa kemana saja.

Keberadaan Chas Cha Sun berangkat dari keprihatinan mereka terhadap ancaman krisis energi. Menurut mereka, penggunaan energi terus meningkat sedangkan cadangan energi nasional semakin terbatas. "Masifnya penggunaan teknologi elektronik yang berlebihan saat ini memperparah persoalan energi. Salah satunya pada konsumsi energi dari pengisian daya ponsel", tutur Yofrizal di UGM, Kamis, 17 November 2016.

Ia menerangkan, sistem yang diterapkannya membuat pengguna dapat mengisi daya setiap saat tanpa menghasilkan emisi lingkungan. Pemanfaatan sel photovoltaic mampu mentransfer energi cahaya matahari menjadi listrik. Menurut dia, penggunaan sel photovoltaic menjanjikan di Indonesia karena potensi energi matahari yang sangat besar di Indonesia dan belum terlalu dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, sebagai bagian dari upaya mengedukasi masyarakat mengenai mengenai teknologi berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Produk Chas Cha Sun memiliki komponen photovoltaic yang saling dihubungkan secara seri maupun paralel. Oleh sebab itu pengaturan tegangan pada produk dilakukan dengan melepaskan kabel pada photovoltaic yang terhubung secara seri. Sementara untuk mengatur arus dilakukan dengan melepaskan kabel pada photovoltaic yang terhubung secara paralel.

"Penggunaan daya alat ini juga dapat diatur sendiri oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan dari perangkat yang dimiliki," kata Yofrizal.

Kehadiran “Chas Cha Sun” diharapkan dapat mengatasi permasalahan krisis energi yang terjadi di masyarakat belakangan ini serta ramah lingkungan. “Harapannya, kedepan bisa diproduksi dan digunakan secara massal untuk membantu pemenuhan kebutuhan energi masyarakat,” pungkasnya.


Source : http://regional.liputan6.com/read/2655868/unik-charger-ponsel-pintar-tanpa-listrik-ala-ugm


Share:

Subscribe Box

Contact Form

Name

Email *

Message *